Sejak pertama kali diluncurkan pada 2017, Xbox Game Pass dari Microsoft selalu menjadi bahan diskusi terutama mengenai bagaimana model bisnis ini bertahan dan nasib developer game yang terlibat. Belum lama ini, mantan eksekutif Bethesda menyuarakan keraguannya pada Game Pass. Pernyataannya tersebut pun diikuti oleh beberapa veteran industri game yang sependapat dengannya.
Minggu lalu, DBLTAB berkesempatan mewawancarai Pete Hines, mantan Senior Vice President Bethesda Softworks. Dalam wawancaranya, Hines menegaskan bahwa layanan berbasis subscription seperti Game Pass tidak akan bertahan lama tanpa dukungan dari developer game. Menurutnya model bisnis ini terlalu merugikan pihak developer ketika kebutuhan penyedia layanan dan pembuat konten tidak bisa diseimbangkan.

Pernyataan tersebut lantas didukung oleh Shawn Layden, mantan eksekutif PlayStation. Melalui akun Linkedln, Layden menambahkan bahwa masalah utama dalam bisnis Game Pass tidak terletak pada profitabilitas platform, melainkan bagaimana layanan in dapat menjaga keberlangsungan hidup developer.
Hal senada juga datang dari Shannon Loftis, mantan Vice President Xbox Game Studios yang bekerja hampir tiga dekade di Microsoft. Dia mengakui bahwa Game Pass telah membantu beberapa game kecil seperti Human Fall Flat. Namun bagi game dengan skala yang lebih besar justru berpotensi mengurangi penjualan ritel. Menurutnya, jika game tersebut tidak dirancang akan memiliki monetisasi pasca-rilis seperti DLC, Battle Pass, atau konten live-service serupa, maka Game Pass bukanlah pilihan yang bijak.
Bagaimana menurut kalian? Kunjungi selalu WORGAME.ID untuk mendapatkan berita menarik seputar indurstri yang akan memperkaya pengetahuan gamingmu.